“Aah… Ibuk nggak ngerti, ah! Kayak nggak pernah jadi remaja aja”
Seberapa sering kamu bilang atau memendam dalam hati kalimat kayak gitu ke orangtuamu? Kamu merasa kalau orangtua nggak memahami kehidupanmu sebagai anak muda. Padahal mereka juga pernah muda, tapi rasanya apa yang kita lakuin itu selalu dianggap salah mulu sama mereka. Mau dibantah tapi takut dosa, tapi kalau diam aja lama-lama kamu sebel juga. Ujung-ujungnya ya ngedumel dalam hati tiap mereka ngasih tau ini itu kepadamu.
Sebenarnya kamu hanya pengen satu; kamu pengen agar orangtuamu lebih memahamimu, biar masa remajamu isinya nggak ngedumel melulu. Kami paham dan sepemikiran kok sama kamu. Kamu pasti pengen orangtuamu memahami kondisimu soal hal-hal ini. Bener nggak sih?
Meski rankingku gak paling bagus tapi bukan berarti aku gak berusaha keras lho
Tiap akhir semester kamu selalu deg-degan luar biasa. Apalagi kalau nggak deg-degan nunggu hasilnya? Peringkatmu turun satu nomer saja, kedua orangtuamu seperti kebakaran jenggot dibuatnya. Belum lagi kalau dibanding-bandingkan dengan anak tetangga. Meski kadang rankingmu jauh dari yang lainnya, tapi itu semua bukan karena kamu nggak berusaha. Belajar, ikut les, sampai ngurangi main sosial media sudah kamu lakukan pas ujian. Pengennya juga ortu kasih support tips belajar bukannya malah ngebandingin dengan anak lain.
Saat kamu main hape, nggak sepenuhnya wasting time lho. Kamu juga ternyata belajar banyak hal dari sana
Dikit-dikit hape. Pagi siang malam, hape!
Duh, kamu sebenarnya sebal banget kalau kegiatanmu yang menggunakan hape selalu dibilang cuma main-main dan ngabisin waktu. Padahal apa yang kamu lakukan nggak hanya main sosial media melulu. Kadang momen-momen belajarmu pakai media hape justru disalahartikan oleh mereka. Seperti pas kamu browsing materi buat pelajaran, ngitung bilangan yang besar-besar pakai kalkulator hape, sampai ngirim pembagian tugas kelompok pakai WhatsApp. Meski dari jauh keliatannya sibuk sama hape, tapi kan sebenernya kamu pengen ortu juga ngerti bahwa sekarang hape itu udah jadi kebutuhan untuk hidup modern.
Nggak perlu khawatir berlebihan kalo kita lagi pengen sendirian..
Ada saatnya kamu males keluar dan pengen sendirian aja.. Apalagi kalau kamu kecapekan atau emang lagi mau belajar. Tapi orangtua menganggap males main sama teman itu berbeda. Orangtua menganggap kalau kamu sama temen-temenmu punya masalah atau ada hal yang gak nyaman diantara kalian. Mereka kadang khawatir berlebihan dan itu buatmu kurang nyaman. Padahal kadang ya kita juga sibuk dan lagi pengen fokus. Setiap orang juga kadang butuh waktu sendirian kan?
Pas pamit pulang agak telat nggak usah panik kan udah ngabarin juga..
Kamu tahu kok akhir-akhir ini lagi banyak kejadian yang nggak enak di luar sana. Tapi bukan berarti tiap kamu pulang telat selalu dikonotasikan karena melakukan hal-hal yang nggak baik. Kamu mungkin pulang telat karena ada pelajaran tambahan atau ikut kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Dan kamu juga udah ngabarin sebelumnya, jadi mestinya mereka nggak perlu panik. Toh kamu kan udah bilang ke orangtua kalau mau melakukan sesuatu yang positif~
Nggak semua mata pelajaran harus kamu kuasai kan
Saking banyaknya, kamu sampai nggak hafal lagi ada mata pelajaran yang tiap hari kamu pelajari. Itupun masih ditambah PR, praktik, sama tugas kelompok. Nah dari sekian banyak mata pelajaran, nggak harus semuanya kamu kuasai. Pengennya orangtua juga bisa lebih fokus sama kelebihan kamu bukannya kelemahanmu. Kamu kan punya kelebihan dan potensi yang bisa dikembangkan pakai cara ini. Kalau orangtua lebih menghargai kelebihanmu dan bantu dukung potensimu, pasti jauh lebih menyenangkan, ‘kan?
Orangtua nggak paham soal banyak hal di kehidupanmu juga bukan berarti mereka nggak cinta. Justru inilah wujud kasih sayang mereka. Makanya mulai sekarang yuk lebih banyak ngobrol sama bapak ibu. Biar segala sesuatu dalam kehidupanmu bisa lebih dipahami orangtuamu.