Apakah Sobat Gen Z masih ingat terkait materi pencegahan tindak kekerasan seksual yang disampaikan di Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru Universitas Indonesia (PKKMB UI) yang dikritik karena dianggap mempromosikan seks bebas? Banyak yang bilang pendidikan seperti ini nih, mengenai kesehatan reproduksi, tidak sesuai dengan nilai ketimuran di Indonesia dan mendorong anak muda melakukan hubungan seksual di luar nikah. Padahal materi yang disampaikan justru dimaksudkan untuk mencegah kekerasan seksual dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya loh.

Live Instagram di @doktergenz_id

Nah, maka dari itu Dokter Gen Z pada hari Minggu, 27 September 2020 mengadakan Live Instagram yang mengangkat topik ini. Bersama dengan Kak Alvin, co-founder dari Tabu.id dan Nuke, Youth Advisory Board Dokter Gen Z, kita simak bersama kenapa pendidikan kesehatan reproduksi ini relate banget buat remaja.

Kesehatan reproduksi nggak cuma bahas anatomi

Pendidikan kespro (kesehatan reproduksi) penting karena jadi salah satu aspek kesehatan yang harus dicapai kalau mau tumbuh sehat dan produktif. Misalnya nih terkait pubertas, pendidikan kespro memberi informasi bagaimana kita bisa menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi selama masa pubertas. Untuk perempuan misalnya bagaimana mengelola menstruasi dengan sehat, sedangkan untuk laki-laki bagaimana menyikapi terjadinya mimpi basah. Eh tapi nggak cuma bahas dari segi anatomi dan biologi aja loh karena dari aspek emosional, psikologis, dan sosial juga dibahas. Kita juga perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan dalam ketiga aspek tersebut.

Yang paling penting, semua orang tuh pernah dan akan mengalami hal ini. Maka dari itu informasi yang diberikan juga harus lengkap kap kap!

Stigma terhadap kesehatan reproduksi

Bahasan ini masih dianggap tabu di masyarakat. Misalnya ketika lagi menstruasi sering dibilang ‘lagi dapet’ atau ‘lagi itu’ karena malu menyebut kata menstruasi. Pembalut juga sering disebut roti. Hal ini terjadi karena ada anggapan kalau menstruasi itu hal yang kotor. Stigma seperti ini dapat menghambat remaja untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. 

Ada juga anggapan kalau remaja tuh nggak penting untuk tahu soal kespro karena belum punya hasrat seksual. Seksualitas dianggap jadi urusan orang dewasa yang baru akan dianggap penting ketika remaja berumur 18 tahun dan mempunyai KTP. Padahal hasrat seksual sudah ada sejak mulai masa pubertas, sehingga pendidikan kespro seharusnya diajarkan sejak dini, bukannya dimulai ketika berumur 18 tahun atau malah ketika baru akan menikah.

Bukan anak muda aja yang harus tahu

Kak Alvin punya pengalaman nih ketika tim Tabu.id dihubungi salah satu sekolah di Depok. Ternyata ada siswa yang mengalami menstruasi pertama di sekolah dan para guru tidak tahu bagaimana menanganinya. Nah, ternyata kesehatan reproduksi bukan masalah anak muda ada yang lagi pubertas, tapi orang dewasa pun juga harus mempunyai pengetahuan kespro yang cukup. Hal ini karena remaja masih dinaungi oleh orang-orang dewasa di sekelilingnya seperti orang tua dan guru. Orang dewasa sudah sepatutnya tahu informasi mengenai kespro sehingga bisa menjadi sumber yang aman dan terpercaya ketika remaja membutuhkannya.

Disampaikan sesuai tahapan usia

Pembahasan topik kespro itu menyesuaikan tahapan usia perkembangan seseorang dari anak, remaja, hingga dewasa. Misal ketika taman kanak-kanak, anak disiapkan untuk mencegah pelecehan seksual dengan memahami bagian tubuh mana yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh. Lalu ketika masa remaja disiapkan mengenai bagaimana menghadapi perubahan ketika masa pubertas. Jadi, tentunya materi kespro nggak sembarangan disampaikan ya guys!

Salah kaprah soal pendidikan kespro

Nyambung ke pemberitaan di awal artikel ini nih ada salah kaprah mengenai apa itu persetujuan seksual atau konsen. Pendidikan mengenai konsen seksual dianggap melanggengkan seks bebas. Padahal, maksudnya adalah hubungan seksual sepatutnya terjadi ketika dua pihak sama-sama memberikan persetujuan baik yang belum menikah dan yang sudah menikah. Hal ini menjadi penting banget karena ketika hubungan seksual terjadi tanpa persetujuan, maka rentan terjadi kekerasan.

Kemudian terdapat dikotomi yang salah terkait ketimur-timuran dan kebarat-baratan. Sesuatu yang buruk seperti seks bebas, narkoba, dan pergaulan bebas dianggap merupakan pengaruh dari negara barat. Padahal pendidikan kespro bukan masalah budaya barat atau timur, melainkan merupakan kewajiban negara untuk memastikan warga negaranya sehat. Merupakan tanggung jawab negara agar remaja mendapat informasi yang benar terkait kesehatan reproduksi sekaligus menjaga kesehatan seksual reproduksinya sehat.

Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas artinya belajar mengenai hubungan seksual? Wah, ini sih namanya cocoklogi aja. Cek fakta di bawah untuk tahu apa aja yang dibahas di pendidikan kespro.

Nuke, Youth Advisory Board Dokter Gen Z dan Kak Alvin, co-founder Tabu.id

Fakta mengenai pendidikan kespro

Jika kita menilik International Technical Guidance On Sexuality Education (ITGSE) alias panduan kespro komprehensif, yang dibahas tidak hanya mengenai hubungan seksual aja tetapi lebih dari itu. Materi juga mencakup gender, relasi sehat, pubertas, manajemen kebersihan menstruasi, lengkap deh!

Pada panduan kespro komprehensif disampaikan juga kalau satu-satunya cara untuk menghindari kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan infeksi menular seksual (IMS) adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual (abstinens). Ini dikarenakan alat kontrasepsi apapun masih ada risikonya. Pendidikan kespro tidak mendorong remaja untuk berhubungan seksual, justru menekankan bahwa terdapat resiko yang harus ditanggung ketika seseorang menjadi aktif secara seksual..

Nggak sembarangan, udah loh penelitian yang menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif membuat remaja lebih bijak memutuskan apakah akan jadi seksual aktif atau tidak. Studi lainnya juga menemukan bahwa remaja yang mendapatkan pendidikan kespro komprehensif justru memutuskan untuk menunda menjadi seksual aktif.

Jadi kalau ada yang menuduh kalau pendidikan kespro mengajari remaja berhubungan seksual, anggapan itu nggak berdasarkan fakta yang ada ya guys!

Apa yang akan terjadi jika remaja tidak mendapatkan informasi kespro yang komprehensif?

Risiko kehamilan tidak diinginkan dan pernikahan di bawah umur akan sangat mungkin terjadi. Coba bayangkan jika remaja yang sudah punya gairah seksual selama masa pubertas tetapi tidak diajarkan cara mengelolanya? Ditambah hal-hal seperti relasi sehat dan pencegahan kehamilan juga minim diinformasikan. Remaja tidak punya pandangan risiko-risiko seperti apa yang akan terjadi. Ketika remaja tidak dibekali dengan kemampuan berpikir dan pengetahuan yang cukup, nggak heran jika remaja melakukan tingkah laku beresiko. Tindakan berisiko ini bisa menyebabkan berbagai dampak seperti kekerasan dalam pacaran dan kehamilan tidak diinginkan.

Sementara tubuh remaja perempuan sebenarnya belum siap hamil dan melahirkan. Hal ini akan berimplikasi pada kesehatan fisik dan emosional remaja tersebut. Pernikahan di bawah umur, kekerasan dalam hubungan, dan perceraian menjadi tidak terhindarkan. Maka dari itu menjadi ironi ketika ada yang menolak pendidikan kesehatan reproduksi tetapi juga menolak kehamilan di luar nikah.

Lalu bagaimana cara memberikan penyadaran pada masyarakat kalau kesehatan reproduksi itu penting?

Sebelum kita menyebarluaskan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan reproduksi kepada orang lain, kamu bisa mulai dari diri sendiri. Baca dan diskusikan hal-hal yang penting mengenai kespro dari sumber yang valid. Jika sudah memiliki pengetahuan, kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Lalu kita bisa menggunakan apa yang kita tahu untuk membantu teman-teman di sekitar. Misalnya ada temanmu yang mendapatkan kekerasan dari pacarnya tetapi dia tidak sadar kalau itu termasuk kekerasan. Sebagai teman yang sudah membaca soal hubungan tidak sehat, kamu bisa melakukan pendekatan untuk menyadarkan bahwa sebenarnya apa yang dilakukan pacar temanmu itu tidak baik..

Kamu juga bisa mengaitkan informasi kespro komprehensif dengan hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya terkait gender, penting untuk masyarakat tahu kalau laki-laki dan perempuan itu setara. Jadi kita tahu bagaimana berinteraksi dengan lawan jenis sehingga tidak terjadi diskriminasi.

 

Memang untuk saat ini tidak mudah untuk mempromosikan informasi kesehatan reproduksi komprehensif di Indonesia dimana norma budaya dan agama masih konservatif. Tapi yuk bersama kita sebarkan kalau info ini penting buat remaja. Ada banyak jalan yang bisa dilakukan. Kamu bisa bergabung dengan organisasi atau komunitas yang bergerak di isu ini. Atau kamu juga bisa ikut meramaikan media sosial dengan info kespro seperti Dokter Gen Z. Yuk perjuangkan hak kita untuk mendapatkan informasi kespro yang komprehensif!

Referensi:

UNESCO. (2018). International technical guidance on sexuality education: An evidence-informed approach.

  • 96
    Shares

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya