Sobat GenZ notice ‘kan kalau di media sosial sekarang udah banyak influencer, komunitas, atau lembaga milik pemerintah atau swasta yang mulai membuat konten seputar relasi yang sehat sampai dengan ke mana bisa mengakses bantuan ketika jadi penyintas dari relasi yang tidak sehat? Harapannya sih agar semakin banyak orang yang sadar mengenai toxic relationship. Namun, realitanya tidak semudah itu, Ferguso!
Masih banyak orang diluar sana yang mungkin belum menyadari kalau dia berada di hubungan yang toxic, atau sudah menyadari kalau dia tersakiti namun masih sulit untuk melepaskan. Mungkin sudah saatnya menanyakan beberapa hal ini ke diri kita sendiri untuk mengetahui dan menyadarkan diri sendiri apakah kita berada di hubungan yang tidak sehat.
Cek ke dirimu sendiri

Bertanya pada diri sendiri | Photo by Athena from Pexels via www.pexels.com
Coba deh duduk dulu dan resapi. Kamu mengalami hal-hal di bawah ini nggak?
- Pas lagi bareng dengan pasangan, apakah kamu merasa senang dan antusias atau malah males dan pengen cepet pulang aja?
- Setelah ketemu, apakah kamu merasa lebih baik, lebih tenang, atau sebaliknya?
- Selama berhubungan dengan pasangan, apakah kamu merasa tenang dan nyaman baik secara fisik atau emosional atau malah merasa takut bahkan terancam?
- Apakah selama ini hubunganmu setara? Maksudnya di sini kedua belah pihak saling memberi, bukan hanya salah satu pihak selalu memberi dan yang lainnya hanya menerima.
- Kalau disuruh mendeskripsikan hubunganmu dalam satu kata, apakah yang terpikirkan hal-hal yang membahagiakan? Atau malah ketakutan dan kecemasan?
- Apakah pasanganmu mau menerimamu dengan seluruh kekurangan dan kelebihanmu, atau malah harus membuatmu berusaha keras untuk berubah?
Jawab pertanyaan di atas dengan jujur. Kamu juga harus ingat nih perbedaan hubungan yang sehat dengan hubungan yang toxic. Hubungan yang sehat itu ditandai dengan kasih sayang, rasa aman, kebebasan berpikir, berbagi, mendengarkan, dan peduli serta menghormati perbedaan pendapat. Naah, kalau dalam hubungan toxic, biasanya ada tanda-tanda seperti merasa tidak aman, penyalahgunaan kekuasaan dan kendali, adanya tuntutan, keegoisan, ketidakjujuran, ketidakpercayaan, komentar dan sikap yang merendahkan, dan kecemburuan yang berlebihan.
Simpelnya, hubungan yang sehat membuat kamu bersemangat dan bahagia. Jika ada permasalahan, bisa saling berkomunikasi dengan baik. Berbanding terbalik dengan hubungan yang toxic, di mana kamu merasa tertekan, lelah, dan tidak nyaman.

Yuk move on | Photo created by wayhomestudio – www.freepik.com via doktergenz.hipwee.com
Mungkin sulit untuk sekedar mengubah bahkan terlepas dari hubungan yang toxic. Tapi sulit bukan berarti nggak bisa, yah. Kalau sekiranya keputusan buat menyudahi agak sulit, yang bisa dilakukan mungkin mengubah hubungan yang toxic tadi menjadi hubungan yang sehat. Perlu mengerahkan segenap kesadaran dan kesabaran pastinya. Jika memang perlu, minta bantuan pihak ketiga untuk membantu komunikasi agar maksudmu tersampaikan dengan baik.
Intinya, semua pilihan ada di tangan kamu, Sobat GenZ. Membuat orang lain bahagia memang baik, tapi bukan berarti kita harus mengorbankan kebahagiaan diri sendiri dan malah terjebak dalam beban-beban yang nggak seharusnya kita pikul. Oke oke oke? Jadi, jangan ragu untuk bercerita dan melepaskan diri dari hubungan yang toxic. Karena kalau bukan kita yang bertanggung jawab atas kebahagiaan diri, siapa lagi?
Referensi :
Psychology Today. (2017). Is Your Relationship Toxic?
Psychology Today. (2011). The Hidden Health Hazards of Toxic Relationships