Pernah dengar istilah self-serving bias? Salah satu contoh dari self-serving bias adalah ketika kamu melihat unggahan seseorang melalui media sosial, lantas kamu akan merasa tertantang untuk berbuat lebih. Lebih cantik, lebih keren, lebih gaul, pokoknya nggak ada habisnya.
Kok nggak ada habisnya? Nah, karena buat seseorang yang mengalami self-serving bias akan tetap merasa iri saat melihat pencapaian seseorang dan kembali membandingkan dengan dirinya. Apakah Sobat GenZ pernah mengalaminya juga? Yuk, sama-sama kita cari tahu lebih jauh apa itu self-serving bias.

Hayo siapa yang suka kepo berujung membandingkan diri sendiri? | Photo by armin rimoldi via www.pexels.com via doktergenz.hipwee.com
Apa sih self-serving bias itu?
Kebiasaan yang satu ini bisa terjadi pada setiap orang loh, Sobat GenZ. Baik itu laki-laki, perempuan, tua maupun muda rentan sekali untuk mengalaminya di era media sosial seperti ini. Self-serving bias atau kalau diterjemahkan menjadi bias melayani-diri-sendiri, yaitu sebuah kecenderungan manusia untuk menyalahkan faktor eksternal (luar) ketika hal-hal buruk terjadi dan memberi penghargaan diri ketika hal-hal baik terjadi.
Konsep berpikir ini merupakan kategori kesalahan sistematis dalam memproses dan memahami informasi yang kamu terima. Entah itu saat kamu menerima informasi dari ucapan orang lain atau saat kamu melihat unggahan seseorang akhirnya membuat dirimu berasumsi. Misalnya, saat kamu melihat kesuksesan orang lain, kamu mulai berasumsi bahwa Tuhan tidak adil pada dirimu. Padahal kamu belum tahu seberapa besar perjuangan orang tersebut hingga sukses seperti yang kamu lihat sekarang.

Jangan insecure dengan kesuksesan orang lain, semua ada waktunya kok! | Photo by narayapik via www.freepik.com via doktergenz.hipwee.com
Kenapa pemikiran seperti itu bisa terjadi?
Self-serving bias ini mengacu pada sistem kepercayaan seseorang tentang penyebab kegagalan maupun keberhasilan yang menimpanya. Hal ini bisa dikenali dari dua jenis Locus of Control (LOC) yang terdiri dari faktor internal dan eksternal.
Jika kamu memiliki LOC internal maka kamu akan berpikir bahwa kesuksesan yang kamu alami berasal dari diri kamu sendiri. Misalnya kamu sukses dalam meraih mimpimu karena kerja keras, ketekunan, dan usaha yang telah kamu lakukan. Namun biasanya LOC eksternal akan mengacu pada kegagalan yang kamu alami dengan menyalakan faktor luar dan mulai membandingkan dirimu dengan orang lain. Misalnya ketika kamu berpikir, “Pantesan dia sukses, good looking sih”.
Self-serving bias merupakan kecenderungan manusia akan kebutuhan menjaga harga dirinya, yaitu dengan menghubungkan hal-hal positif dengan diri sendiri dan hal-hal negatif dengan faktor luar. Hmm … merasa relate nggak dengan hal yang satu ini?
Meskipun manusiawi, tetapi daripada menyalahkan kegagalan yang kamu alami lebih baik kita sama-sama meningkatkan diri, yuk! Perkaya diri dengan pengetahuan dan keterampilan lainnya. Jalan suksesmu dan orang lain tentu berbeda. So, percaya dengan diri sendiri ya!
Referensi:
Healthline. (2018). Self-Serving Bias: Examples, Definition, and Experiments
Very Well Mind. (2020). Self-Serving Bias as a Defense Mechanism
Very Well Mind. (2020). What Is Cognitive Bias?