Pemerintah sudah mengeluarkan rencana penerapan adaptasi kebiasaan baru atau new normal di beberapa daerah,  khususnya wilayah episentrum COVID-19 secara bertahap. Tahapan pertama untuk 102 daerah yang berstatus zona hijau. Tahapan lanjutannya akan diterapkan di beberapa daerah lainnya di Indonesia.

Seperti yang kita tahu nih guys, karena pandemi COVID-19 banyak juga destinasi wisata yang terpaksa tutup, salah satunya Yogyakarta. Kamu pasti sempat lihat kan beberapa video di media sosial beberapa waktu belakangan. Video tersebut memperlihatkan betapa sepinya jalanan Malioboro. Padahal biasanya tempat ini selalu dipenuhi wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Adaptasi kebiasaan baru untuk stabilitas ekonomi dan pendidikan

Suasana sepi Jalan Malioboro

Bayangkan deh, pasti sedih sekali pedagang atau pengusaha yang mengandalkan mata pencaharian di Malioboro tapi terpaksa menutup usahanya. Tapi berhubung pemerintah telah menyatakan akan melakukan uji coba adaptasi kebiasaan baru, pemerintah daerah Yogyakarta juga sedang bersiap menyusun protokol untuk membuka kembali aktivitas publik baik ekonomi maupun pendidikan.

Sebab nggak cuma soal wisata guys, Yogyakarta juga merupakan rumah bagi ratusan ribu pelajar yang sedang menuntut ilmu di kota gudeg ini. Meskipun tatanan new normal atau adaptasi kebiasaan baru di beberapa sektor belum diputuskan kapan penerapannya, namun Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta telah melakukan simulasi kegiatan belajar mengajar. Dalam simulasi ini diperoleh kebutuhan yang harus dipenuhi dan mekanisme pembelajaran baru apa yang bisa diaplikasikan pada new normal nanti.

Tapi tenang… pemerintah tetap mengevaluasi pelaksanaan adaptasi kebiasaan baru agar tetap efektif dan tidak menimbulkan kerumunan yang berpotensi menjadi klaster gelombang COVID-19 yang baru.

Suara anak muda tentang rencana uji coba adaptasi kebiasaan baru

Pembahasan soal new normal emang sedang hangat, teman-teman Gen Z di Yogyakarta juga punya sikap lho terkait persiapan kebiasaan baru ini. Pasti penasaran dong, mereka siap nggak ya untuk kembali beraktivitas namun tetap terbatas? Yuk dengerin pendapat Wildan mahasiswa asli Yogyakarta soal new normal.

Mohammad Wildan Firdaus, mahasiswa Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

“Kalau menurutku kebijakan new normal yang dilakukan di Indonesia terutama di Jogja masih dalam tahap percobaan, sekarang banyak desa yang sudah mengendorkan sistem lockdown agar warga lebih leluasa dalam menjalani aktivitas secara normal kembali. Tetapi di samping itu tetap saja kita perlu mawas diri dengan cara tetap mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah. Karena mata rantai penyebaran virus COVID-19 masih saja penuh misteri dan bisa datang kapan saja jika kita lalai.”

Maksudnya Wildan nih, kalau kita terlena dan lalai dengan tidak mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak, bukan nggak mungkin penyebaran COVID-19 justru makin bertambah.

Senada dengan Wildan, Farah yang merupakan perantau dari Purwokerto ini juga merasa khawatir. Sebagai mahasiswa yang mengambil jurusan statistik di Universitas Gadjah Mada, Farah berpendapat jika new normal diberlakukan dengan tergesa-gesa justru akan membuat masyarakat larut akan euforia boleh keluar rumah.

Hafizhah Farah, mahasiswa Statistik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

“Khawatir sih jelas. Apalagi Jogja yang isinya banyak banget tempat wisata dan takutnya orang-orang karena udah kepalang bosen di rumah jadi malah berwisata ria. Dan khawatir juga sama sekolah-sekolah terutama TK/SD gitu, anak-anak kecil gitu kan masih susah diatur, apalagi mereka pasti bakal girang banget masuk sekolah ketemu temen-temen, takutnya malah protokol kesehatannya jadi susah diterapkan

Kalau Wildan dan Farah cukup khawatir dengan pemberlakuan new normal, beda lagi dengan Farny yang merupakan mahasiswa jurusan desain interior Institut Seni Indonesia. Ia merasa gemas dengan orang-orang yang masih menganggap enteng COVID-19 dengan nongkrong-nongkrong di luar. Bahkan sampai pamer di media sosial.

Farny Triana, mahasiwa Desain Interior Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Farny Triana, mahasiwa Desain Interior Institut Seni Indonesia Yogyakarta

“Bete aja, orang-orang keluar juga pada gak pake masker. Kalo tempat dah jelas penuh ya gak usah ikut-ikutan ke tempat itu. Sekarang semua orang dah punya akses komunikasi. Gak ada lagi yang namanya kurang informasi. Mana banyak yang keluar-keluar pada update di story. itu kan makin mengundang orang lain. Keluar ya ga usah pamer, bahkan ada yang kemaren temanku pakai tagar  #bosandirumahaja.”

Wah sabar ya Farny, tahan dulu emosinya hehehe. Buat teman-teman selalu ingat ya protokol pencegahan COVID-19 harus tetap dilaksanakan sampai benar-benar mereda. Jangan bandel-bandel lho ya… Kasian tenaga medis yang sudah susah payah berjuang dan berkorban lho.

Lain Farny lain pula Alfinsa yang merupakan pelajar asal kota Magelang. Ia juga menyatakan kecemasannya menghadapi normal baru.

Alfinsa Puspa, pelajar kelas XI SMA N 2 Magelang

“Ya seneng sih karena akhirnya bisa ketemu temen-temen, dapat uang saku, ada kegiatan. Tapi deg-degan juga soalnya udah kelamaan nggak masuk sekolah.”

Nah apapun pendapat kalian, yang paling penting selalu taati anjuran pemerintah ya untuk tetap waspada dalam mencegah COVID-19. Semoga pandemi ini segera berakhir, dan kita semua bisa melakukan aktivitas belajar di sekolah dan kampus dengan gembira. Semangat ya semua!

  • 12
    Shares

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya